Apa Kabar Tumblr?

Beberapa saat yang lalu, saya baru saja memindahkan buku Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam dari dalam tas kerja. Karena besok adalah Sabtu dan saya terbebas dari perkara menunggu KA 1318 di stasiun Manggarai, saya ingin merayakannya dengan menyelesaikan buku karangan alm. Cak Rusdi tersebut. Belum juga kalimat pertama dalam bab II itu terbaca, tiba-tiba saya teringat Tumblr yang beberapa waktu lalu sudah diblokir oleh menkominfo. Tumblr, situs microblogging yang dulu didirikan oleh David Karp, dianggap banyak terdapat konten pornografi. Saya sendiri nggak yakin kalau orang akan lari ke Tumblr kalau ingin mencari gambar-gambar dan video-video yang dimaksud itu. Kenyataannya di situs microblogging lain seperti Twitter, gambar dan video porno lebih mudah ditemukan. Akun-akun jual diri dan pemecah belah bangsa lebih banyak ada di sana, tapi menkominfo lebih memilih Tumblr. Kalau menurut salah seorang teman, semenjak ditinggal oleh David Karp, mereka mengalami banyak perubahan. Menurut teman saya pula, hal itu yang membuat mereka menjadi tidak responsif terhadap pemerintah Indonesia. Ya anggap saja begitu. Teman saya suka sotoy memang. Hahaha.

Meski oleh beberapa penyedia layanan internet sudah diblokir, Tumblr sebenarnya masih bisa saya akses. Hanya saja, linimasa saya sekarang sudah seperti rumah kosong di pinggir jalan komplek yang setiap hari saya lewati. Berdebu, banyak ilalang panjang, dan tak terawat. Beberapa akun yang saya ikuti nampak pindah rumah, beberapa lainnya hapus akun. Padahal, tulisan-tulisan mereka lah yang secara tidak langsung menemani ketika saya merasa sedih, lantas pada akhirnya saya tidak merasa sendiri. Tulisan-tulisan dari makhluk-makhluk keren yang kemudian menjadi pengingat saya dan seluruh warga Tumblr. Dari sana, saya mengenal banyak penulis yang banyak di antaranya sudah menerbitkan buku. Ada Kurniawan Gunadi, Jalansaja, mbeeer, Iqbal Hariadi, Urfa Qurotaainny, Jagung Rebus, Deamahfudz, Choqi, quraners, HujanMimpi, dan masih banyak lagi yang saya nggak ingat. Kini saya harus baca tulisan mereka di tempat terpisah, bukan lagi di linimasa biru seperti dulu. Saya sih masih berharap kalau Tumblr bisa kembali seperti dulu. Saya juga berharap kalau saya nggak hanya jadi pembaca, tapi juga penulis yang konsisten seperti mereka.

Buku karangan alm. Cak Rusdi yang sudah saya pindahkan ke atas kasur pada akhirnya saya abaikan, saya log in Tumblr, lalu menulis di sini..